Kamis, 23 Februari 2012

.

sebenarnya, aku sudah cukup lama tahu. dan kesalahanku adalah pura-pura tidak tahu. aku tahu ada satu titik disana. satu titik yang mempertegas akan semuanya. tapi sekali lagi, aku hanya diam dan memahami, berpura-pura tidak melihat dan hanya berani tunduk. benar-benar pengecut. mengelak. mencoba berpura-pura untuk kesekian kalinya. di tengah proses kepengecutan ku itu, tiba-tiba titik itu memudar. perlahan. aku tersenyum di balik selambu usang. sekarang, berani ku menghampiri. aku mendekat. merangkak. tapi, sayang. nampaknya, aku terlalu bodoh untuk benar-benar tahu. kalau titik itu hanya ingin memperjelas dan mempertegas, dan itu amat licik. sekarang, aku tak bisa kemana-mana. titik itu ada di depanku. saat ini. detik ini. aku tersadar. benar-benar sadar. aku tidak ingin menjadi pengecut. selambu usang di pojok sana. ahh.. tak ada guna lagi. tak terpakai untuk tempat persembunyian ku lagi. cukup, terlihat indah dengan bantuan sinar matahari dari luar sana tanpa harus ada seorang gadis kecil di baliknya. move on nis. jangan buat titik itu menjadi penghalang. banyak hal yang perlu aku kerjakan rasanya. dan ini wajib, sudah dari sananya. tolong, titik-titik kecil semacam air rupanya,yang memaksa keluar dari mataku, tolong dengan memohon. jangan jatuh lagi. mataku cukup lelah menampung dirimu. kau pikir kau ringan. jangan gores sedikitpun kulit wajah ku. itu terasa perih. sungguh. sampai kedalam sini.di dekat dadaku sini. aku semakin berani melangkah kini. aku tak akan terperangkap lebih dalam lagi, cukup. cukup, sampai disini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar